Sunday, May 8, 2016

SKBS, SKBN & Surat Bebas TBC RS Fatmawati 2016

Hola! Long long time after a long wait finally I decided to write something up here. I will share something that might help anyone who is looking for LPDP preparation especially for medical letters (SKBS, SKBN & Surat Bebas TBC). Biar gampang dan mudah dikenali keywordnya pake bahasa Indonesia aja deh. 

Jadi, sebenernya mungkin udah banyak banget nih yang bahas tentang surat keterangan sehat gitu-gitu di banyak blogger lain (yang udah awardee maupun calon awardee). Saya berusaha nambahin info aja sedikit banyak semoga membantu.

Disitu LPDP bilang minimal surat didapatkan dari rumah sakit pemerintah, membuat saya memutuskan untuk bikin surat-surat tersebut di RS Fatmawati. Why? Pertama saya bisa parkir di kantor, kedua saya ga ijin lama-lama dari kantor hahahaha.

Jadi untuk dapetin ketiga surat yang disyaratkan di LPDP, langkah-langkahnya:
1. Pergi ke Gedung Bougenville
Gedung Bougenville itu gedung baru, letaknya di belakang kalau dr Jalan TB Simatupang,
patokannya dekat Masjid RS Fatmawati.
2. Masuk ke sisi kanan di ruangan 'Medical Check-Up'

3. Antri untuk isi formulir MCU, antrian MCU dibuka dari jam 8-11 (karena kalau siang khusus pengambilan hasil). Form itu sekitar 3 lembar, diisi data diri & riwayat sakit gitu. 

4. Setelah dibalikin ke pendaftaran, disuruh bayar ke kasir Bougenvile. Biaya MCU Rp 545.000,-, bisa dibayar cash/debit. Loket Kasir diluar ruangan MCU, keluar ruangan arah kanan, kanan lagi, lurus lorong mentok ke kanan, di bagian kiri ada meja resepsionis sekaligus kasir untuk gedung Bougenvile.

5. Setelah bayar, balik ke ruangan MCU, tunggu di ruang tunggu bagian dalam (bukan di area pendaftaran), sampai dipanggil oleh petugas.

6. Pastikan sudah dilakukan pemeriksaan: yaitu di tensi, diperiksa berat & tinggi, ambil urin, ambil sampel darah, diinterview oleh 2 dokter (bagian dokter yang menganalisis kejiwaan apakah kita pengguna narkoba & bagian dokter umum gitu kayak ngecek riwayat sakit kita), dan terakhir dipanggil petugas untuk rongsen. Bagi yang baru pertama kali rongsen, jangan kaget kalau harus ganti pakaian rongsen, terutama yang berhijab dipastikan aja kalau nggak ada petugas medis yang cowok.

7. All done! Pas itu emang gak sampe setengah hari. Hasil MCU jadi dalam 2 hari. Hasil MCU disini belum termasuk surat bebas TBC jadi, saat kita ambil hasil MCU (biasanya diatas jam 1, tapi kalau gesit nanya bisa selesai jam 11 itupun tergantung kalau surat sudah ditandatangani dokter yang memeriksa kita). Saya ambil surat jam 11, selagi orang kantor mau bergegas jumatan namun surat bebas narkoba saya belum dapat tanda tangan dokternya. Gemash gemash gitu emang sih soalnya ngeliat orang yang juga antri bareng saya 2 hari lalu langsung dapet surat. Ya gitu kita beda dokter, yasudah akhirnya niat langsung daftar untuk surat bebas TBC gagal di hari itu. Kenapa gagal? Karena ada infonya kalau bikin surat bebas TBC dokter pagi (jam 8-11) biayanya cuma habis Rp 75.000,- sedangkan kalau dokter sore (setelah jam 1) biayanya habis Rp 200.000,-. 

8. Sebenernya proses bikin surat bebas TBC nggak ribet. Ajuin pendaftaran di frontdesk gedung Bougenvile yang depan bagian Pendaftaran ke Poli Paru. Lalu langsung nunggu di Poli Paru (letaknya pas di dekat loket pembayaran gedung Bougenvile). Menyerahkan form pendaftaran ke Susternya nunggu dipanggil. Kalau lancar cukup diperiksa dokter & cek hasil rongsen. Dokter akan menulis dan menandatangani suratnya. Kemudian kita diberi nota, yang langsung bisa dibayarkan di kasir. Mudah kan? Tapi tidak untuk saya.

Oke, bagian instruksi udah kelar sampe situ aja. Sekarang bagian curhatnya hahahha. Jadi kan saya galau gitu mau izin kantor pagi demi harga yang lebih murah atau pulang kerja aja gak usah izin tapi bayarnya lumayan. Suatu itu saya memutuskan gak mau izin pagi, takutnya antri lama atau emang males izin telatnya gitu, jadi sok dateng pasca pulang kerja teng jam 17.30, alhamdulillah masih bisa melakukan pendaftaran. Antrian pun kayaknya emang para calon calon awardee LPDP semua nih. Akhirnya lumayan cepet antrinya karena ada beberapa dokter, tapi pas saya mau dipanggil dokternya tau-tau udah abis kali jam-nya ya, jadi cuma ada 1 dokter. Pas itu saya dilihat hasil rongsen dan hasil MCU, hasilnya memang tertulis 'infiltrat paru atas' dokter pun kemudian ragu dan ketimbang menuliskan surat bebas rongen alhasil saya diberi rujukan untuk rongsen top lordotik di bagian radiologi dan kembali lagi besoknya.

Rp200.000-ku. Berbuah surat rujukan.

Saya pun malah jadi panik dan bingung ketimbang marah. Ya Allah apa yang terjadi pada saya, apakah saya TBC? Panik panik panik. Sambil males melakukannya di keesokan hari, saya melihat hari-hari yang selo di kantor, sampe tetiba ibu saya telepon mengabari kalau beliau sudah menuju RS Fatmawati, siang itu saya langsung izin kantor kabur ke RS Famawati.

Surat rujukan itu membawa saya ke gedung Radiologi. Lokasi gedungnya di dekat air mancur bagian depan.

bagian Laboratorium Gedung Radiologi.
Disitu saya langsung melakukan pendaftaran bersama ibu saya, setelah itu diberitahu biaya rongsen sebesar Rp 230.000,- dan langsung dibayarkan oleh ibu saya T____T Saat itu kondisi instalasi radiologi seramai antrian rumah sakit pada umumnya, terutama bagi pada pemegang BPJS, namun sedikit berbeda dengan bagian gedung Bougenvile, ini apa memang Bougenvile semacam bagian eksklusifnya gitu po saya juga tidak paham.

Saat itu pukul 11 kurang, antrian tidak hanya dari orang yang melakukan pendaftaran di loket, namun ternyata banyak juga pasien-pasien yang dibawa langsung dengan kursi roda maupun tempat tidurnya lengkap dengan infusnya. Mungkin sebaiknya menghindari jam ini, karena antrian sepertinya didahukan bagi para pasien tersebut. Sebelumnya saya sudah mencari via internet kenapa saya harus rongsen top lordotik lagi. Sebelumnya, hasil MCU memberitahu ada infiltrasi (baik cairan/endapan/penghalang selain udara) di bagian paru-paru, yang mungkin bisa jadi salah satu indikator TBC, sehingga rujukannya yaitu dengan mengambil rongsen top lordotik (katanya ini versi zoom-in bagian paru-paru depan). Dan benar saja, posisi rongsen top lordotik berbeda dengan saat rongsen MCU. 


Kira-kira disuruh seperti ini


Dan, lagi-lagi hasil MCU hanya bisa diambil esok harinya. Izin lagi-izin lagi. Saya berkata dalam hati, apes juga ini proses niatnya ke RS Fatmawati biar proses cepat & minim izin, karena hal ini jadi harus bolak balik dan izin kantor. Alhamdulillah sih RS-nya masih dalam jangkauan, terutama parkir juga masih parkir langganan kantor, bukan parkir RS-nya hehe.
Keesokan hari sudah niat telat ambil hasil MCU di Radiologi dan bergegas daftar poli paru di Gedung Bougenvile lagi. Ternyata setelah daftar, antrian ke 4. Wah, alhamdulillah saya bersyukur dalam hati. Tapi ternyata masih ada ujian dibalik ini semua, dokternya nggak muncul-muncul, sekiranya 4 orang tersebut ini tampaknya berniat untuk sekedar bikin surat bebas TBC dan mencoba biaya yang lebih murah dibanding sore hari. Ya, niat-niat terperinci saya memang semua kembali diatur oleh Allah, tidak semudah, seinstan, dan semurah itu Tyas! Hahahaha.

Niat izin hanya sampe jam 10 pupus, belum juga tiba. Sampe jam 11 kurang 15, akhirnya dokter masuk dan cepat juga sampai antrian saya ke-4 dokter melihat dua hasil rongsen, menanyakan kondisi saya, dan tanpa basa basi surat bebas TBC ditandatangani oleh dokter tersebut! Hamdallah tiada henti. Sampai berbinar-binar juga saat melakukan pembayaran ke kasir karena harganya Rp 75.000,- saja. 

Ya, saya pun bergegas ke kantor.

Jadi beginilah cerita saya dalam mencari surat SKBS, SKBN dan Surat Bebas TBC di RS Fatmawati per bulan April 2016 lalu! Saat ini saya sedang mencari tahu syarat membuat SKCK karena katanya di Polres satu dan lainnya suka berbeda-beda, saya juga tidak terlalu paham tapi infonya tampaknya minim atau pencarian saya kurang menggali lebih dalam untuk pembuatan SKCK di Depok.

Proses wawancara, tes Esai & LGD juga kebagian jadwal Jakarta 2! Alhamdulillah masi diberi waktu persiapan lebih banyak. Doakan doakan!




:)

No comments:

Post a Comment