Maybe this would be an exciting writing yet a
melodramatical story for me. I’ve finished my last year in Architecture
Engineering UGM, Yogyakarta. Living in
Yogyakarta for about 4 years is exciting. I have no reason to hate this city
but the parting part was deep hurt. I love Yogyakarta since the first time I
put my knees on. Years ago, before I had to study in UGM, I never know where UGM
exists, because whenever I visited this Yogyakarta city, I’ve never been
brought to know this university.
I was first living in college dorm, Ratnaningsih
Residence. But after a year, I moved to a kos-kosan, until today, which I’ll
leave a couple weeks later. The kos-kosan was nice. At first it’s affordable
enough but since the economic dilemma in the country, the price now is about
crazy comparing the old time. Hoka hemat, Bee’s, sensasi delight Pizza Hut, Waroeng
Steak, and some resto I hardly mention offers an affordable price in the old
time, that nowadays I even can’t enjoy that even once a week, comparing that
maybe I can enjoy that once a couple days. HAHAHAHAHA.
But yeah, life goes on. I finished my thesis and final
project. Life in Yogyakarta must end. Surprisingly, after a long wait, I was
announced that I’m accepted in an exchange program in Osaka Univ. (red:
OUSSEP). I postponed my graduation to take this chance. It will be a good story
for my history, I mean yeah maybe almost of my friend had visit Japan, but it
will also still frankly impressive, and cool!
The hardest part of it, is to arrange and manage the
registration while I still had to ask many people about the living and start to
learn Japanese. I know nothing about Nihongo, even I understand Korean more
because of its Kmovie, reality show and the boyband! In the contrary, I know
Japan by the television show such as Doraemon, detective conan, captain
tsubasa, benteng takeshi and all the cartoon I watched since I was a kid, but
the fact is that the TV shows are all dubbed to Bahasa.
Besides, I would like to have an internship to wait
September coming. The entire plan I’ve planned before was smooth. I am so
grateful. Alhamdulillah.
But parting with Yogyakarta is still the hardest.
(starting the whole talk in Bahasa biar lebih gaul)
Makanannya. Nasi Padangnya yang murah. Sarapan sotonya
setiap pagi. Burjonya, dan gorengannya yang masih 500, lebih murah dari
angkringan yang gorengannya seharga 600 – 700 rupiah. Makanan jajanan yang
pasti akan sangat saya rindukan.
Kotanya yang kecil. Sempit, tapi senang bisa kemana-mana
secara cepat dan praktis. Ringroadnya, yang membuat jalan lebih praktis,
padahal bukan jalan tol. Lampu merahnya, dimana orang-orang masih berhenti di
belakang garis zebra cross. Dimana polisi masih bakal ngejar kalau kita nerobos
lampu merah. Dan orang-orang yang bahkan jarak deket pengendara dan yang
diboncengin selalu pakai helm, sungguh tertib (meski sekarang banyak sih liat
yang gak tertib juga). Wajar Jogja berhati nyaman, jarang-jarang ada konflik
kayak kemacetan yang sampe bunyi-bunyiin klakson dan saling rebut (kalo ada
liat aja platnya AB apa bukan). Wajar pula karena jarang ada konflik berantem
dan ribut-ribut (kecuali kalo berurusan sama orang Timur, bawaannya mereka
emosian). Sungguh berhati nyaman.
Banyak event, semua hal-hal yang bersahaja. Sederhana
tapi cukup ngena. Meski kadang suka nggak jelas karena nggak ngerti maksudnya
apa, tapi kreativitas sangat dijunjung di kota pelajar ini. Artjog, bienalle,
sepeda sehat sampe pokoknya sebuah SMA di Jogja yang kalo malem depannya jualan
nasi goreng, hampir tiap minggu selalu ngadain event.
Malioboro, becak, andong. Mungkin suatu hari kemodernan
bakal menyulap Jogja bukan kayak Jogja yang saya kenal sekarang. Karena di
eranya sekarang udah terlalu banyak hal-hal yang dirombak. Saya berharap sekali
Jogja sekalian aja dipisah jadi ada Jogja lama dan Jogja baru. Kasian kota
Jogja yang udah terlalu sempit ini diubek-ubek, hilang identitasnya. Modern boleh
lah, namanya juga budaya dan kemajuan zaman berkembang, tapi Jogja yang adem
biarin aja, gak usah disentuh-sentuh. Oleh sebab itu, plis kalo ada Jogja baru
dibuat yang modern sekalian, jadi nggak bosan pergi ke mall yang asik Cuma bisa
ke Ambarukmo Plaza doang. Jadi macet kan kalo malem minggu jalanannya gara-gara
semua orang ke Amplaz. Hahahahahaha. Malah jadi curhat.
Dan yang paling penting adalah, bakal kangennya sama
tempat-tempat pelarian dari penatnya masalah hidup sehari-hari. Jarak bukan
masalah, karena pergi menikmati alam di Jogja seperti jadi Lifestyle sendiri
buat masyarakatnya. Selain tempat-tempat mainstream kayak Keraton, Candi
prambanan ato Borobudur, ternyata masih banyaaaaaak banget tempat-tempat yang
lebih seru dan masih anti mainstream. Sayangnya, saya pun belom kesampean ke
semua tempat-tempat tersebut.
Nih kalo mau di list, tempat anti mainstream yang
harus dikunjungin di Jogja:
- Hutan Pinus & Kebun Buah Mangunan (paling favorit)
- Bukit Parangndog, Gumuk Pasir & Landasan Pacu Parangkusumo (kalo lewat jalan Parangtritis, nanti lewat Jembatan yang terasa romantis banget pemandangan kali Oyo-nya)
- Pantai Gunung Kidul: yang most attractive sih Pantai Siung, Pantai Ngobaran, Pantai Krakal dan lewatnya bukan dari Jalan Wonosari, tapi jalan Imogiri karena lebih sepi dan asik.
- Laguna & Pantai Glagah, Kulon Progo
- Gunung Api Purba & Embung Nglanggeran
- Bukit Bintang Patuk
- Candi Ratu Boko & Candi Ijo
Udah sih itu doang yang paling berkesan. Kalo buat
makanan, nggak terlalu banyak review, soalnya lebih suka cari aman makannya
takut nggak kenyang kalo nyobain terus gak suka. Tapi sekarang udah banyak
banget tempat makan yang hits, bagus interior, unik makanannya. Tapi, kalo
nggak ada wifi dan colokan kadang nyebelin juga sih. Soalnya sekarang dimana-mana
ada wifinya, bawa laptop, rebutan charger. Palagi malah ada warung wifi, kayak
Platinum (udah nggak hits) dan Luxury (lagi hits-hitsnya). Kalo wifian gratis
bisa ke Perpus UGM (tapi pake password) dan ke Perpus Kota. Paling seringnya ke
Dixie, Coklat, Chacha lempong sari atau ke Dunkin Donat (tapi seringnya pas
lagi rameeeee banget).
![]() |
I DO LOVE YOGYAKARTA!! cr: yastias.vsco.co |
Yeah, I know it did sum up for some necessary and unnecessary post but I feel important to keep it uptodate! Hahahaha.
xx.
Indah Tsiasti. (Even formally this 2 essential parts sounds weird to me)
Ah, Tias...semakin pengen kuliah di sana nih...:) ga cuma pas lebaran atau liburan ke sana :). Makanannya, orang-orangnya, kultur Jogja semua ngangenin banget yaaa. Anyway, i am happy to hear that you have accepted in an exchange program in Osaka Univ. Wow, keren banget. berapa bulan di Jepang?
ReplyDeleteBtw, tias ngekos dimana? nama kosannya apa dan daerahnya mana? haha...maap banyak nanya
kangen ih ama tiaaaas :*
Halo Yul! Sori banget baru bales komen disini. Hehehehe. INDEEEEED! Super ngangenin. Waktu di Jogja ngekost daerah Pogung Lor, Yul. Kost Pojok namanya. Hehehe Alhamdulillah sejak Yul waktu itu sempet presentasiin tentang nulis mimpi-mimpi pas masih di Sasing itu sampe sekarang tiap ada mimpi kecil apa gede aku tulis terus lho, dan emang efektif buat ngukur-ngukur pencapaian :D Di Osaka 6 bulan doang Yul, masih icip-icip. Doakan yaaa :)
ReplyDeleteMakasih masih mampir ke blog aku..
aduh masih bingung antara pogung lor, kidul apaan yah haha. Wah, alhamdulillah...masih inget aja ya tias *jadi malu*, itu presentasi waktu kuliah bersama ya. Alhamdulillah, senneg dengernya tias bisa ke jepang :)). Sama-sama saling mendoakan ya :))
ReplyDelete